Kamis, 22 September 2011

Seringkali kau berkata

Seringkali kau berkata,
ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya.

Tetapi,
mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa dia menitipkan padaku ?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini ?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?

Mengapa hatiku justru terasa berat,ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika semua itu diminta kembali,
kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja,
untuk melukiskan bahwa itu derita.

Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit,
kutolak kemiskin

Seolah...... ..
semua "derita" adalah hukuman bagiku.

Seolah.....
keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika.
aku rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,
dan bukan Kekasih...
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku"
dan menolak keputusanNya yang tak sesuai
keinginanku.

Gusti......,
padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah... ..
Ketika langit dan bumi bersatu,
bencana dan keberuntungan tidak ada bedanya.
(WS Rendra)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar